BOOKSHOP IN LOVE

Duduk di cafe dengan ditemani secangkir coffielatte hangat dan croissant daging keju kesukaan, membuat sore ini menjadi lebih nikmat. Apalagi sambil menatap ke jendela dan melihat orang-orang yang berlalu-lalang. Terkadang untuk menghilangkan rasa jenuh setelah beraktifitas, kegiatan seperti ini sering aku lakukan.


Sore ini sangat berbeda dari sore-sore sebelumnya. Sore ini terlihat lebih spesial. Tidak hanya secangkir kopi dan sepiring kue, tapi juga akan ada seseorang yang menemani. Masih menunggu. Ku lihat jam tangan, kurang 15 menit lagi. Mata ku terus menatap ke luar jendela, mengharapkan dia ada di salah satu kerumunan orang yang aku lihat.
.

“ Ehem, udah lama nunggunya ? “

“ Hmmm, Gak juga “ sambil menoleh ke arah suara dan tersenyum simpul,

“ Gak juga? Berarti lumayan lama dong. Maaf ya, udah buat kamu nunggu lama “ katanya, sambil mengacak-acak rambut ku.

Aku tidak pernah menyangka akan terus bertemu dengannya setelah perkenalan kami waktu itu. Aku yang antipati sama orang asing ini, entah kenapa begitu mudahnya berkenalan dan melakukan pertemuan. Tentunya dengan dia, orang asing yang waktu itu tidak aku kenal.

Sudah hampir 4 bulan kami berpacaran. Aku masih ingat betul saat kami bertemu pertama kalinya. Pertemuan demi pertemuan kami adakan. Dari pertemuan itu banyak hal yang kami bicarakan, mulai dari kegiatan sehari-hari sampai hobby satu sama lain. Dari perbincangan-perbincangan itu akhirnya aku tahu dirinya. Seorang laki-laki sederhana yang punya banyak keunikan. 

Aku kagum padanya. Siapa sangka, seorang pria yang terlihat urakan di depan ku sekarang ini mempunyai hobby membaca novel-novel percintaan. Gayanya terlihat casual tanpa brand-brand ternama melekat di badan. Tutur katanya yang khas disertai canda-canda kecil itu membuat ku jatuh hati padanya.

Seorang teman pernah mengatakan “ Cowok itu gak harus ganteng, yang penting lucu. Jadi bisa buat cewek ketawa terus “.  Mungkin ada benarnya, dan sekarang, aku benar-benar jatuh hati pada pria yang ada di hadapan ku ini. Seorang pria sederhana yang membuat ku merasa nyaman.
.

.

.

.

.



6 bulan sebelumnya

KRIIINNGG!!! KRRIINNNGGG!!!

“ Hallo “

“ Hallo, ya. Temenin jalan yuk “

“ Hah?! Jalan kemana Na? “

“ Udah, ikut aja yak. Aku jemput sekarang, okay ?! “

TUT… TUT… TUT….

Dasar Vina, kalau sudah ada maunya selalu saja begitu. Akhirnya, Vina pun menjemput ku dan kami pergi bersama yang entah kemana. Ujung-ujungnya adalah menemaninya pergi berbelanja. Aku sudah hapal betul tabiat sahabat ku yang satu ini. Bila dirundung masalah sedikit saja atau terkena gejala kebosanan yang mungkin saja ringan, shopping menjadi satu-satunya obat mujarab baginya.

Aku sendiri tidak begitu suka berbelanja. Selain menghabiskan uang, kegiatan seperti itu sangat menguras tenaga. Alhasil, aku suka tiba-tiba menghilang untuk mencari “surga” ku sendiri. Ya, hal itu juga terkadang yang membuat teman-teman kesal dan kewalahan mencari ku. Menurut ku tempat yang paling menyenangkan selain rumah adalah café dan toko buku. Aku benar-benar bisa menyalurkan hobby ku di kedua tempat itu, ngopi atau baca buku.

Hari itu entah kenapa, Vina terlihat lebih kalem dan justru aku yang kelihatan kalap ingin berbelanja. Aroma kertas dan hamparan buku-buku ini benar-benar menggoda. Tidak seharusnya aku berada di sini. Setiap datang kemari, aku nyaris tidak bisa menahan diri untuk membeli beberapa judul buku.
.

“ Aya, aku ke sana ya “ sambil menunjuk ke salah satu rak buku desain.

“ Ow, yaudah. Aku masih mau cari buku yang lain nih “

Aku pun pergi menuju salah satu rak yang paling besar, yang berada di sudut ruangan. Di rak yang tinggi dan besar tersebut, tertata rapi ratusan bahkan ribuan judul novel, mulai dari teenlit sampai novel dewasa. Ah, tempat ini benar-benar “surga” yang menyenangkan, batin ku.
Satu persatu ku lihat judul dan sinopsis novel-novel itu. Siapa tahu ada yang menarik. Sambil memincingkan mata demi melihat novel-novel di bagian teratas rak buku tersebut. Di bagian teratas itu, ada satu judul yang menarik perhatian ku.

“ Eh … “

“ Sorry “

“ Ini, bukunya “

“ Ow, gak usah,,, gak usah “

“ Gak papa kok, buat kamu aja “ sambil menyodorkan buku kehadapan ku.

“ Thanks “

“ Cerita di buku ini bagus kok. Aku dah baca sih, cuman mau beli buat koleksi aja.  Kamu suka juga? “

“ Ah, iya. Kata temen yang udah pernah baca sih gitu. Bagus banget katanya “

“ BTW, kamu beli buku sebanyak ini? Di baca semua “

“ Eh, iya nih “ sambil nyengir-nyengir dan garus-garuk kepala

Aduh, malu rasanya harus rebutan buku. Untung saja laki-laki itu mau mengalah. Senyumannya itu manis banget. Eh, tapi tampang kayak dia? Suka novel? Lupakan saja lah, yang penting bisa dapet bukunya. Aku pun buru-buru ke kasir dan memanggil Vina untuk segera pulang.
.

.

.



2 bulan kemudian

GUBRAAKKK….

“ Aduh, sorry… sorry… “ sambil merapikan buku-buku yang berserakan.

Entah kenapa hari ini aku diburu-buru waktu. Tanpa peduli dengan orang yang ku tabrak, aku pun langsung berlari meninggalkannya.

“ HEIII… “

.
Aku pun menghentikan langkah kaki. Menoleh ke arah suara yang sepertinya memanggil ku itu.

“ Ini, bukunya ketinggalan. Kayaknya buku kita ketuker juga “ , sambil datang menghampiri.

“ Hah?!, sorry ya. Soalnya lagi buru-buru banget “

“ Gak papa kok, tapi ntar aku jadi bingung sendiri kalau mau balikkin buku kamu “

“ Maaf ya, mas. Jadi ngerepotin “

“ Eh, kamu. Kamu yang ada di toko buku waktu itu kan? Yang beli banyak buku itu ? “

“ Eh, iya “

“ Oya, Aji “ sambil menyodorkan tangan.

“ Aya “ .

Perjumpaan yang tidak pernah aku duga, dan perkenalan yang tidak pernah aku sangka-sangka. Dari situ aku mulai jatuh cinta.

***
Terinspirasi dari puisi seorang teman :
Aku harap kita bertemu di toko buku
Berada di rak yang sama
Dan jatuh cinta pada buku yang sama
-mbeeer-


BOOKSHOP IN LOVE BOOKSHOP IN LOVE Reviewed by Unknown on 09.30 Rating: 5

Tidak ada komentar: