Jalan Lain ke Tulehu by
Zen Rs
Yihaaayyy… masih
ngereview novel nih. Masih tentang cinta-cintaan, tapi kali ini bukan ngebahas
cinta antara cewek dan cowok, melainkan cinta pada sesama. Ada sih cameo
sedikit cinta antara cewek sama cowoknya, tapi dikit aja. Nah, kenapa gw bilang
cinta pada sesama karena ini cerita mengenaik konflik di salah satu daerah di
Indonesia yaitu Maluku. Dimana ada salah satu atau mungkin beberapa yang sangat
prihatin dengan kondisi konflik saat itu, khususnya terhadap anak-anak yang
dirasa masih bisa menjangkau impiannya.
Bisa dibilang ini
menceritakan tentang kerusuhan di Ambon sekitar tahun 1990-an – 2000-an. Nah,
Di antara konflik itu ternyata ada sesuatu yang menarik yaitu soal sepak bola.
Di salah satu kampung bernama Tulehu, sepak bola berkembang jauh lebih baik
dari daerah lain yang ada di Indonesia. Sebenernya novel ini difilm-kan tapi gw
belom nonton filmnya sih. Jadi gw gak tau gimana versi film dan novelnya, apa
ada perbedaan jauh atau gak.
Sejauh gw baca novel
ini, gw ngerasa ngeri terkadang bergidik sendiri. Karena konflik yang terjadi
di Ambon jauh lebih kompleks dibanding dengan kerusuan ’98. Konflik Ambon
bener-bener terjadi karena adanya provokasi antar agama. Gimana bisa terjadi
pembantaian dan saling serang. Ngebayangin kepala yang sebegitu mudahnya
dipenggal, darah dimana-mana, dentuman suara-suara senjata. Serem banget, yang
gw inget dulu, sebelum meledaknya reformasi dimulai dari konflik-konflik antar
agama yang muncul. Pemboman gereja-gereja di Maluku, kemudian merembet ke
daerah lain, kalo gw gak salah inget.
Tega banget orang yang
provokasi kayak gitu. Yang bikin gw lebih merinding lagi adalah pas partnya Eva
Maria, seorang Chinese yang pada kerusuhan ’98 diperkosa. Kata-katanya itu
bikin gw merinding “ Aku menuruti saranmu. Tapi, mereka tetap tak percaya. Aku
sudah berdusta, membohongi diriku sendiri, dan tetap saja aku diperkosa”. Eva
berpacaran dengan seorang katakana lah pribumi dan muslim, sebelum kejadian itu
mereka berbincang di telepon dan Gentur, pacar Eva, mengatakan bahwa ada seorang
Chinese penjaga toko di Glodok yang selamat karena mengaku muslim. Tapi hal itu
tidak berlaku pada Eva, dia membohongi dirinya sendiri, imannya, toh ia tidak
selamat juga. Merinding banget gw pas baca kata-kata Eva.
Sejak terjadinya
kerusuhan ’98 itu, orang semakin individualis terlalu fanatic dengan agamanya
masing-masing. Membaca mentah-mentah, tanpa mengecek kembali. Bagi orang awam
yang tidak mengerti akan sangat mudah dipengaruhi. Sejak kejadian itu, orang
jadi makin sensitive membicarakan soal agama. Jujur aja, gw muslim dan sebelum
kerusahan itu gw pernah ke gereja buat liat temen gw yang lagi sekolah minggu
waktu itu. Gw juga pernah ke klenteng, hanya sekedar melihat perayaan imlek
waktu itu. Tapi sekarang, ketika gereja maupun klenteng tidak termasuk tempat
wisata, bila ada orang selain agama yang seharusnya beribadah di situ pasti
langsung dicurigain. Khususnya gw, akan dianggap MURTAD. GILA!!!
Bukan kah ada istilah
“aku agamaku dan kamu agamamu”. Emangnya salah ya? Toh gw kan gak sembahyang atau
berdoa di sana. Gw kecewa sama para teroris yang mengaku-ngaku muslim dan
membuat orang lain salah kaprah dengan arti “Allahu Akbar” itu sendiri. Gw jadi
teringat sama pertanyaan temen gw waktu itu, tugas CB “ Tetangganya seorang
Buddha, tapi di KTP tertulis Islam. Katanya tetangganya melakukan hal itu untuk
mendapatkan kemudahan dalam urusan kepemerintahan waktu itu, namun ibadahnya
adalah ibadahnya orang buddhis. Trus dia tanya, apakah dengan cara seperti itu
pemerintah bisa menjamin kebebasan beragama dan tidak terjadi diskriminasi
dalam berbagai hal? “ . Gw lupa waktu itu jawabnya apa, karena gw sendiri kaget
sama pertanyaannya. Bingung mau jawab apa agar tidak terjadi perdebatan saat
itu.
Yang gw yakin sekarang, apa pun agama lo pastinya ada orang yang baik dan yang buruk. Orang yang baik, mau temennya agamanya apa kek pasti dia akan berusaha menghargai dan menjaga perdamaian antara umat beragama. Yang gak baik, hatinya selalu gak bisa tenang ngeliat kedamaian, sukanya memprovokasi, memancing konflik. Gw harap sih, lo orang yang baca pikirannya terbuka dan termasuk orang yang baik. gitu aja deh dari gw. Emang tragedy ’98 itu masih banyak misterinya dan entah kenapa gw tertarik banget sama cerita-cerita beginian.
Jalan Lain ke Tulehu
Reviewed by Unknown
on
12.10
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar