Aupair : Backpacking Keliling Eropa dengan Menjadi Baby Sitter

Aupair : Backpacking Keliling Eropa dengan Menjadi Baby Sitter by Icha Ayu

Lagi-lagi buku tentang traveling. Tapi kali ini bukan sekedar mengenai traveling saja, tapi juga belajar budaya Negara lain kurang lebih selama satu tahun. Yup, satu tahun bisa traveling ke 6-7 negara eropa, siapa yang gak mau?

Buku ini hanya menjelaskan secara general mengenai Aupair, selebihnya adalah kisah perjalanan si penulis sebagai Aupair. Dari kisah yang dituliskannya, Aupair merupakan salah satu cara yang menarik dicoba untuk keliling dunia. Sayangnya, tidak banyak orang Indonesia yang berani melakukan hal tersebut dikarenakan masalah keuangan. Di mindset kebanyakan orang, adalah untuk mencari uang bukan pengalaman. Padahal keduanya berjalan seiringan. Gw rasa orang luar pun seandainya membangun perusahaan di Indonesia mereka lebih memilih yang punya pengalaman meskipun harus membayar mahal dibandingkan hanya bermodal ijazah saja.

Lah, kan pengalaman jadi Aupair cuman sebagai Baby sitter aja? Mungkin banyak orang yang bertanya demikian. Coba deh lo semua baca buku ini atau buku tentang Aupair lainnya. Mungkin akan sedikit membuka gambaran dan peluang mengenai Aupair dan setelahnya. Gw sih nyesel banget baru tau program ini sekarang, coba dari dulu. Abis kuliah gw mungkin akan coba program ini. Lumayan buat cari pengalaman dan keliling eropa kan. Intinya pengalaman yang lo dapet akan sama dengan cerita-cerita mereka yang ada di 30 paspor di kelas professor.  Baca deh!

Dari yang diceritakan penulis, kita bisa belajar bahasa di sana, budaya mereka. Tentunya karena menjadi baby sitter itu berarti kita dianggap bekerja dan tentunya akan mendapatkan bayaran atau gaji nantinya. Nah, dari gaji ini lah kita bisa keliling ke beberapa Negara eropa selama “liburan kerja”. Itu berarti kita juga belajar yang namanya disiplin dan memanage uang dan waktu. So, masih bilang cuman pengalaman jadi baby sitter aja?

Gw yakin, meskipun lo punya pengalaman kayak gitu aja. Lo masih bisa “dihargai” lebih, karena setidaknya lo udah dianggap pernah bekerja dengan orang luar dan tau bagaimana budaya kerja mereka. Gak kayak perusahaan lokal yang mungkin stafnya lebih banyak santai, tapi nuntut gaji tinggi. Uppss…

Coba gak terpaut umur, mungkin gw bakal ikutan, hehehe…